Warnet, Kita, & Seribu Satu Cerita di Masanya
Warnet
atau warung internet, sempat berkembang di Indonesia pada era 2000-an awal
hingga 2015-an akhir yang dimana menjadi tempat bagi orang-orang saat itu untuk
menikmati hiburan dan bercengkrama di sosial media.
Warnet atau Warung Internet merupakan sebuah tempat yang menawarkan fasilitas penyewaan komputer dan internet ke Masyarakat umum. Umumnya biaya penyewaan tersebut dipatok berdasarkan berapa lama konsumen menyewa jasa tersebut seperti ada yang menyewa nya selama per jam atau bahkan per menit, meski ada pula beberapa warnet yang menawarkan berbagai paket layanan yang tak terbatas pada waktu berapa lama jasa tersebut disewakan. Lalu bagaimana warnet bisa populer di Masyarakat? Dan mengapa warnet tidak seramai dulu kita bermain disana?
Sepak
Terjang Warnet diawal Masa Milenium Ke-2
Bisnis
semacam ini sempat populer di tengah masyarakat Indonesia baik di perkotaan
besar atau bahkan daerah pada awal 2000-an hingga akhir 2016-an. Pertama kali
muncul di Indonesia atau lebih tepatnya di kota Bogor pada 1995 yang diinisiasi
oleh seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang Bernama Michael
Sunggiardi. Awalnya, ia hanya menyediakan dua komputer sebagai fasilitas
tambahan gratis di kafe Botainicus yang terletak di Tengah Kebun Raya Bogor.
Namun, melihat antusias Masyarakat yang memanfaatkan fasilitas tersebut, Pada
1996 Michael pun segera mendirikan warnet pertama yang terpisah dari kafe di Indonesia. Warnet
tersebut ia beri nama “Bonet” atau “Bogor Internet”. Maka sejak saat itulah
banyak bisnis serupa menjamur ke berbagai daerah di Indonesia.
Faktor
lain mengapa warnet dapat menyebar dan populer di Indonesia dikarenakan pada
saat itu, computer merupakan sebuah barang baru dan mewah yang tidak semua
lapisan Masyarakat dapat memilikinya. Namun, dikarenakan kebutuhan akan
internet dan berbagai perangkat PC mengerjakan tugas bagi para siswa,
menyelesaikan tugas kantor bagi karyawan, atau membuat dokumen surat-menyurat
penting yang dibutuhkan negara, membuat sebagian orang melihat peluang bisnis
yang cukup besar dari usaha jasa tersebut. Harga murah dan kemudahan akses,
serta fasilitas yang cukup menjadi efek kombo bagi konsumen yang datang ke
bisnis warnet tersebut.
Penggunaan
warnet tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan primer, seiring berkembangnya
sosial media dan video games pada era tersebut juga berimbas kepada
meningkatnya permintaan akan jasa warnet ini. Sebut saja di bidang video games
permainan semacam Point Blank, Counter Strike, Lost Saga, Ragnarok Online, dan
lain lain itu telah menjadi bagian penting mengapa kita dan generasi muda kala
itu memenuhi warnet-warnet ini di berbagai pelosok tempat. Bahkan mungkin
sebagian generasi muda pada masa itu sampai rela menghabiskan waktu berjam-jam
atau sampai rela menginap ambil paket malam di warnet tersebut untuk menikmati
berbagai permainan dan hiburan yang ditawarkan saat itu.
Selain
itu, headset, kopi, dan indomie dengan alunan music khas warnet juga selalu
menjadi teman penting yang tak akan pernah dilewatkan oleh para pengunjung
disana. Hal-hal tersebut juga secara
tidak langsung menjadi pemasukan tambahan bagi pemilik warnet tersebut. Belum
lagi, jika kita membicarakan Char, berasal dari kata character yang digunakan
sebagai sebutan untuk sejenis alat mikro-transaksi yang umumnya terdapat di
berbagai permainan online pada masa itu seperti Point Blank, Counter Strike,
Lost Saga, dan lainnya membuat bisnis char menjadi bisnis instans yang sangat
menggiurkan bagi si owner dari warnet tersebut atau bahkan para pengunjung ada
juga yang secara illegal berjualan Char game-game tersebut tanpa izin si owner
warnet.Char sendiri memiliki berbagai jenis, ada yang berupa char untuk jual
beli item, char untuk jual beli karakter, char untuk jual beli layanan khusus
dalam game tersebut, atau lain sebagainya. Keuntungan yang didapat dari jual
beli char tersebut beragam muali dari seharga 5000 sampai dengan ratusan hingga
jutaan rupiah, itulah mengapa bisnis char pada kala itu sangat menggiurkan
siapapun.\
Lalu
Mengapa Warnet Mencapai Masa Kemunduran nya?
Berdasarkan
laporan yang dikutip dari website Databoks milik katadata.co.id, pada tahun
2014 jumlah keberadaan bisnis warnet yang terdata Badan Pusat Statistik (BPS) di seluruh Indonesia mencapai
13.892 pengusaha dengan Jawa Timur mendominasi hampir kurang lebih sekitar
3.644 pengusaha yang terdaftar menjalankan bisnis warnet oleh pemerintah. Pada
tahun tersebut, warnet sebenarnya sudah memasuki masa kemundurannya dari pasar
setelah lama merajalela hampir 20 tahun lamanya. Hal ini disebabkan oleh tidak
update dan tidak berkembangnya fasilitas yang ditawarkan warnet komersial yang
dijalankan oleh Masyarakat, menyebabkan terjadinya stagnasi dalam bisnis jasa
tersebut. Stagnasi fasilitas tersebut disusul juga oleh munculnya produk
inovasi baru semacam laptop dan smartphone yang dapat menjalankan berbagai
system dan perangkat software yang ada di pasaran, menyebabkan beralihnya pasar
konsumen untuk membeli perangkat perangkat tadi yang lebih kompetibel dan
mobilitasnya terjamin. Masalah semacam pornografi, virus computer yang merebak,
dan cara pemerintah menghentikan masalah pembajakan software yang dilakukan
beberapa oknum pembisnis warnet juga turut menghentikan banyak peredaran bisnis
warnet di Masyarakat. Semakin dewasa nya generasi yang memenuhi warnet juga
menjadi factor mengapa pada tahun tersebut eksistensi warnet mulai berkurang.
Pada
tahun 2015, kebanyakan warnet yang masih dapat bertahan merupakan warnet gaming
dengan pasar yang terbatas. Sedangkan, untuk warnet biasa atau bahkan yang
terbatas pada warnet jasa pembuatan dokumen-dokumen penting semacam ini surat,
akta, atau yang lainnya sudah berkurang atau bahkan punah karena meningkatnya
pembelian pc, laptop, dan smartphone yang dapat menjalankan berbagai software
yang umumnya pada era 2000-an hanya dimiliki oleh warnet. Warnet gaming yang
bertahan pun sebenarnya hanya menggantungkan keberadaan game-game online
semacam point blank, counter strike, lost saga, ragnarok online, dan lain-lain
yang ternyata juga tiga diantara game tersebut memutuskan menutup server dan
berakhir lah era warnet komersil yang pernah populer di Indonesia hampir lebih
2 dekade tersebut. Untuk saat ini, beberapa orang mulai mencoba berusaha
membangun peruntungan Kembali di bisnis warnet ini. Dimana kebanyankan para
pengusaha tersebut mengadopsi system warnet yang berkembang di china, korea
Selatan, Taiwan, atau bahkan jepang seperti warnet café seperti Yellow Net Game Center di kota Depok. Menurut data,
terdapat 100.000 pengusaha yang masih mencoba peruntungan di bisnis tersebut.
Bagaimana pun, warnet dengan hiruk pikuknya sudah menemani kehidupan kita
dengan berbagai pengalaman yang muncul dari bilik-bilik yang ada di warung
internet tersebut.
Komentar
Posting Komentar