Pionnering The Dark Side: Bagaimana Genre Horror Terkenal di Industri Game?

Sejak Haunted house (1972) dirilis, genre horror dalam industri video game masihlah sangat digandrungi oleh banyak kelompok masyarakat baik muda maupun dewasa. Lalu bagaimana game-game bergenre horror ini masih dapat mengorbit hingga hari ini?

Genre horror merupakan genre dalam permainan game yang baik secara sadar ataupun tidak membuat para pemain menjadi ketakutan, lewat rasa ngeri yang dibagikan dalam setiap plot cerita dari genre tersebut. Rasa takut dalam game horror itu dibagikan tidak hanya lewat visual yang mengerikan, tetapi juga bisa disalurkan melalui suara yang cukup mengganggu, getaran dari controller yang masif, ataupun dialog-dialog yang terkadang sedikit diluar nalar, denga efek jumpscare yang diletakan pada beberapa scene dalam permainan, yang terkadang membuat psikologis dari para player pun ikut di otak-atik oleh jalan nya permainan. Namun bagaimana genre seperti horror ini dapat diterima oleh masyarakat? Hal ini dikarenakan genre horror berbeda dengan genre game lain nya yang kebanyakan menawarkan hiburan yang fun dengan tone animasi yang cerah. Justru dengan jalan cerita dan atmosfer dari game nya yang dibuat mencekam membuat siapapun menjadi tertarik atau bahkan mencari untuk menguji nyali dalam permainan yang ditawarkan oleh game-game bergenre tersebut. Lalu siapakah yang memulai ini semua?


Haunted House (1972), Dari Urban Legend Menjadi Pelopor 

Sumber : https://computerhistory.org/blog/the-haunted-house/

Semuanya bermula pada bulan September 1972 atau tepat pada perilisan konsol pertama di dunia “Magnavox Odyssey” yang sukses beredar  di Masyarakat terutama Amerika Serikat kala itu. Selaku developer dari konsol tersebut Ralph H. Baer bersama Sanders Associates yang hari ini kesemuan itu berdiri sebagai anak perusahaan dari Koninklijke Phillips N.V. berupaya mengembangkan varian permainan yang dapat dioperasikan oleh konsol tersebut. Terinspirasi oleh kisah -kisah rumah berhantu yang masif beredar pada Masyarakat Amerika di dekade 1970-an, Ralph dan direksinya pun mulai mendesain game yang nantinya rilis pada bulan Desember di tahun tersebut dengan berjudul Haunted House (1975) dengan mekanik game yang cukup simple sehingga membuatnya dianggap sebagai sesepuh dari genre horror dikemudian hari. Bercerita tentang Detektif yang mengejar keberadaan hantu dalam sebuah mansion yang luas dengan mengumpulkan berbagai petunjuk dari keseluruhan ruangan yang di lalui hingga dapat membantu sang detektif menemukan hantu tersebut dan meraih sebuah harta karun sebagai imbalan penyelesaian game tersebut. Dengan suksesnya perilisan game tersebut dipasaran, setelahnya berbagai judul game dengan genre horror pun mulai banyak yang bermunculan seperti Taito Arcade - Space Invader (1978) lewat cerita serbuan Alien nya, serta Mystery House (1980) dan The Lurking Horror (1987) dengan mekanik game petualangan horror berbasis teks (selayaknya game visual novel atau galge) yang sedang booming dikala itu yang dihadirkan pada berbagai PC yang beredar di Masyarakat pada dekade akhir 1980-an.


Castelvania (1986), Era Baru Horror ala Jepang

Sumber: https://www.polygon.com/features/2018/10/26/18011828/best-castlevania

Ketika Video Game Crash of 1983 terjadi di seluruh dunia bagian barat, permainan konsol hampir masuk pada era kehancuran bahkan pemusnahan pada hampir seluruh jenis konsol dan game. Hal ini diakibatkan kegagalan Perusahaan Atari yang justru menghasilkan banyak permainan berkualitas buruk yang menyebabkan jenuhnya masyarakat dan berakhir pada penarikan dan penghancuran produk oleh Atari itu sendiri. Sampai suatu Ketika, Nintendo, Capcom, dan Namco yang merupakan perusahaan game dan konsol asal Jepang berhasil mengembalikan era keemasan dari konsol game tersebut dan sukses mengekspansikan konsolnya ke seluruh dunia ini menyebabkan ikut muncul nya berbagai game horror dengan berbagai konsep yang lebih fresh yang sukses di pasaran. Sebut saja perilisan seri Castlevania (1986), sebuah game horror bertipe side scrolling platforming besutan Konami yang sukses ikut mewarnai kehidupan anak-anak era 90-an. Lewat cerita petualangan dari Simon Belmont dan kawan seperjuangannya (dalam kelanjutan serial nya, kita akan memainkan keturunan dari Belmont) yang berupaya membasmi berbagai monster pada sebuah kastil abad pertengahan yang terinspirasi dari urban legend Eropa yaitu “Dracula”. Game ini resmi dirilis baik pada konsol Nintendo, Sega, Playstation, PC, hingga ponsel pada era 2000-an awal dengan beberapa remake dan re-release pada perangkat tersebut yang membuat semakin berkibarnya kesuksesan game tersebut pada kala itu. Tidak lupa game semacam Doom (1993) lewat horror bertipe first person shooternya dan Sweet Homes (1989) yang juga sukses mempelopori survival-horror game dan psychological-horror game semacam Resident Evil (1996) dan Silent Hill (1999) yang sukses mengudara pada generasi game berikutnya.


Silent Hill (1999), Konsol 3D dan Mimpi Buruk bagi pemain

Sumber: https://thetop100.blog/2021/06/28/top-100-ps1-review-12-silent-hill-1999/

Kemajuan games pada era keemasan pada awal tahun 90-an telah memunculkan inovasi yang dapat mengembangkan game-game dengan grafik 3D kasar dari ilustrasi 2D yang dirender dengan teknologi yang dikatakan sangat realistis pada kala itu. Dengan kerealistisan grafik yang dapat dihasilkan oleh teknologi PS1 ataupun sejenisnya seperti Nintendo 64 dan Sega Saturn, inovasi tersebut telah ikut meningkatkan standar kualitas dari game horror game itu sendiri semacam Resident Evil (1996) dan Silent Hill (1999). Resident Evil (1996) lewat developernya Capcom, sukses menawarkan game survival horror dengan suasana dunia zombie apocalypse yang mencekam dan kerealistisan grafik yang fenomenal kala itu, membuat para pemain sangat tegang dalam memainkan game tersebut sehingga memberikan pengalaman berbeda jika dibandingkan dengan game-game pada generasi sebelumnya. Berbeda dengan rivalnya, Konami yang juga merupakan developer game asal Jepang justru bereksperimen dengan suatu genre yang benar-benar menjadi penyebab banyak anak 90-an kala itu tidak dapat tidur akibat efek dari game yang mereka buat yaitu Silent Hill (1999). Game tersebut menawarkan sebuah konsep game psychological-horror yang dimana memaksa para pemain untuk mengeksplorasi dunia yang sangat dark dan berkabut yang sebenarnya berasal kegagalan teknologi kala itu dalam merender game tersebut yang justru menjadi mimpi buruk bagi setiap pemain. Tidak sampai disitu, para pemain juga dihadapkan dengan berbagai monster yang siap menyerang entah dari mana dengan perlengkapan perlawanan yang sangat minim dan berakhir pada penentuan ending permainan yang bermacam-macam, sehingga memaksa para pemain untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mencapai ending yang diharapkan. Selanjutnya, berbagauui jenis game horror berbasis 3D game pun banyak berkembang atau bahkan lebih dark dan mencekam disbanding sebelumnya akibat grafik yang makin realistis dan mekanisme yang lebih kompetibel dalam mengeksekusi game horror tersebut semacam Fatal Frame (2001), Rule of Roses (2006), The Last of us (2013), Five Night’s at Freedy (2014), hingga Fear and Hunger (2018) yang kembali memperkenalkan standar kualitas game horror berbasis pixel art yang cukup tinggi ke seluruh dunia.


Bagaimana dengan Indonesia?

Sumber: https://tekno.kompas.com/read/2019/01/03/09120017/akankah-game-horor-indonesia-dreadout-hadir-di-ps4-

Indonesia sendiri justru sudah banyak menciptakan karya game horror yang cukup terkenal di pasar internasional. Diantara yang mempeloporinya adalah Dread Out (2014). Game tersebut di developing oleh Digital Happiness, sebuah Perusahaan developer game asal Bandung rintisan Rachmad Imron, Vadi Vanadi, Sukmadi, dan Dwi Arif Irawan ini terinspirasi oleh game Fatal Frame asal Jepang dan mengkombinasikan nya dengan hantu-hantu yang berarifan lokal. Bercerita tentang sekelompok anak SMA yang terjebak pada sebuah kota tua yang telah lama dtinggalkan. Salah satu dari gadis yang ikut pada kelompok tersebut pun mendapat sebuah anugerah untuk menghalang kekuatan supranatural yang ada, sehingga memaksanya berusaha untuk melindungi diri dan teman-temannya sampai dapat keluar dari tempat tersebut sambil mencari tau fakta-fakta tentang kota tersebut. Secara teknis, games tersebut mendapat kesuksesan yang lumayan besar di dunia. Bahkan, seorang streamer terkenal Pewdiepie pun pernah memainkan game tersebut dan menilainya sebagai game yang cukup menarik untuk dimainkan. Selain Dread Out, ada beberapa game horror besutan anak negeri yang banyak terkenal pula diantaranya Pamali (2018), Pulang:Insanity (2019), Ghost Parade (2018), dan lain lain yang dimana kualitas game-game horror besutan anak bangsa tersebut tidak dapat dianggap remeh bahkan dapat bersaing dengan kebanyakan game-game terkenal di dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bermain Granny Dalam Mode Extream, Miawaug dan kawan nya: Ketar-Ketir

Zoonomaly: Kebun Binatang Yang Penuh Dengan Keanehan